1.
Pendahuluan teoritika etika bisnis
TEORI-TEORI ETIKA BISNIS
1.
Pengertian Etika
Etika berasal dari kata Yunani ‘Ethos’ (jamak – ta etha),
berarti adat istiadat. Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik
pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat. Etika berkaitan dengan
nilai-nilai, tatacara hidup yg baik, aturan hidup yang baik dan segala
kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau
dari satu generasi ke generasi yang lain.
Etika
dapat dirumuskan sebagai refleksi kritis dan rasional mengenai :
- Nilai dan norma yang menyangkut
bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia
- Masalah kehidupan manusia
dengan mendasarkan diri pada nilai dan norma moral yang umum diterima
Etika
sebagai sebuah ilmu yang terutama menitikberatkan refleksi kritis dan rasional,
- Mempersoalkan apakah nilai dan
norma moral tertentu memang harus dilaksanakan dalam situasi konkret
terutama yang dihadapi seseorang, atau
- Etika mempersoalkan apakah
suatu tindakan yang kelihatan bertentangan dengan nilai dan norma moral
tertentu harus dianggap sebagai tindakan yang tidak etis dan karena itu
dikutuk atau justru sebaliknya
- Apakah dalam situasi konkret
yang saya hadapi saya memang harus bertindak sesuai dengan norma yang ada
dalam masyarakatku ataukah justru sebaliknya saya dapat dibenarkan untuk
bertindak sebaliknya yang bahkan melawan nilai dan norma moral tertentu.
2. Tiga Norma Umum
Norma memberi
pedoman tentang bagaimana kita harus hidup dan bertindak secara baik dan tepat,
sekaligus menjadi dasar bagi penilaian mengenai baik buruknya perilaku dan
tindakan kita.
Macam Norma :
Norma-norma
Khusus adalah aturan yang berlaku dalam
bidang kegiatan atau kehidupan khusus, misalnya aturan olah raga, aturan
pendidikan dan lain-lain.
Norma-norma
Umum sebaliknya lebih bersifat umum dan
sampai pada tingkat tertentu boleh dikatakan bersifat universal.
Norma
Sopan santun / Norma Etiket adalah
norma yang mengatur pola perilaku dan sikap lahiriah dalam pergaulan
sehari-hari.
Etika
tidak sama dengan Etiket. Etiket
hanya menyangkut perilaku lahiriah yang menyangkut sopan santun atau tata krama
Norma
Hukum adalah norma yang dituntut
keberlakuannya secara tegas oleh masyarakat karena dianggap perlu dan niscaya
demi keselamatan dan kesejahteraan manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Norma
Moral, yaitu aturan mengenai sikap dan
perilaku manusia sebagai manusia.
Norma
moral ini menyangkut aturan tentang baik buruknya, adil tidaknya tindakan dan
perilaku manusia sejauh ia dilihat sebagai manusia.
Ada
beberapa ciri utama yang membedakan norma moral dari norma umum lainnya (
kendati dalam kaitan dengan norma hukum ciri-ciri ini bisa tumpang tindih) :
- Kaidah moral berkaitan dengan
hal-hal yang mempunyai atau yang dianggap mempunyai konsekuensi yang serius
bagi kesejahteraan, kebaikan dan kehidupan manusia, baik sebagai pribadi
maupun sebagai kelompok.
- Norma moral tidak ditetapkan
dan/atau diubah oleh keputusan penguasa tertentu. Norma moral dan juga
norma hukum merupakan ekspresi, cermin dan harapan masyarakat mengenai apa
yang baik dan apa yang buruk. Berbeda dengan norma hukum, norma moral
tidak dikodifikasikan, tidak ditetapkan atau diubah oleh pemerintah. Ia
lebih merupakan hukum tak tertulis dalam hati setiap anggota masyarakat,
yang karena itu mengikat semua anggota dari dalam dirinya sendiri.
- Norma moral selalu menyangkut
sebuah perasaan khusus tertentu, yang oleh beberapa filsuf moral disebut
sebagai perasaan moral (moral sense).
a. Etika Teologi
Etika Teologi yaitu etika yang
mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang hendak dicapai
dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibatnya yang ditimbulkan atas tindakan
yang dilakukan. Suatu tindakan dinilai baik, jika bertujuan mencapai sesuatu
yang baik,atau akibat yang ditimbulkannya baik dan bermanfaat. Misalnya :
mencuri sebagai etika teleology tidak dinilai baik atau buruk. berdasarkan
tindakan itu sendiri, melainkan oleh tujuan dan akibat dari tindakan itu. Jika
tujuannya baik, maka tindakan itu dinilai baik. Contoh seorang anak mencuri
untuk membiayai berobat ibunya yang sedang sakit, tindakan ini baik untuk moral
kemanusian tetapi dari aspek hukum jelas tindakan ini melanggar hukum. Sehingga
etika teologi lebih bersifat situasional, karena tujuan dan akibatnya suatu
tindakan bisa sangat bergantung pada situasi khusus tertentu. Karena itu setiap
norma dan kewajiban moral tidak bisa berlaku begitu saja dalam situasi
sebagaimana dimaksudkan.
b. Teori Deontologi
Teori Deontologi yaitu : berasal dari bahasa
Yunani , “Deon“ berarti tugas dan “logos”
berarti pengetahhuan. Sehingga Etika Deontologi
menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Suatu tindakan itu
baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibatnya atau tujuan baik dari
tindakanyang dilakukan, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik
pada diri sendiri. Dengan kata lainnya, bahwa tindakan itu bernilai moral
karena tindakan itu dilaksanakan terlepas dari tujuan atau akibat dari tindkan
itu. Contoh : jika seseorang diberi tugas dan melaksanakanny sesuai dengan
tugas maka itu dianggap benar, sedang dikatakan salah jika tidak melaksanakan
tugas.
Bisnis Sebuah
Profesi Etis
1. Etika Terapan
Secara
umum kita dapat membagi etika menjadi etika umum dan etika khusus. Etika umum
berbicara mengenai norma dan nilai moral, kondisi-kondisi dasar bagi manusia
untuk bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis,
teori-teori etika, lembaga-lembaga normative, dan semacamnya. Etika umum
sebagai ilmu atau filsafat moral dapat dianggap sebagai etika teoritis, kendati
istilah ini sesungguhnya tidak teat karena bagaimanapun juga etika selalu
berkaitan dengan perilaku dan kondisi praktis dan actual dari manusia dalam
kehidupannya sehari-hari dan tidak hanya semata-mata bersifat teoritis.
Etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip
atau norma-norma moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Dalam hal ini,
norma dan prinsip moral diteropongi dalam konteks kekhususan bidang kehidupan
manusia yang khusus tertentu. Dengan kata lain, etika sebagai refleksi
kritis rasional meneropongi dan merefleksi kehidupan manusia dengan mendasarkan
diri kepada norma dan nilai moral yang ada disatu pihak dan situasi khusus dari
bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang dilakukan setiap orang atau kelompok
orang dalam suatu masyarakat. Dalam hal ini etika tidak lagi sekedar meneropong
perilaku dan kehidupan manusia sebagai manusia begitu saja, melainkan
meneropong perilaku dan kehidupan manusia sebagai manusia dalam bidang
kehidupan dan egiatan khusus tertentu. Etika khusus dibagi lagi menjadi tiga,
yaitu etiak individual, etika sosial, dan etika lingkungan hidup.
2. Etika Profesi
Karena etika bisnis termasuk dalam etika profesi,
ada baiknya kita perlu meninjau terlebih dahulu etika profesi itu. Ini akan
ssangat membantu kita untuk memahami apa maksudnya bisnis sebagai sebuah
profesi yang etis. Sejauh mana bisns sebagai sebuah profesi ikut menciptakan
kondisi dan citra yang etis bagi profesi bisnis ini. Namun sebelum kita
menyinggung secara sekilas beberapa prinsip etika profesi pada umumnya, ada
baiknya kita tinjau terlebih dahulu pengertian profesi itu sendiri serta
beberapa ciri profesi.
a)
Pengertian Profesi
Profesi dapat dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkkah
hidup dengan mengandalkan keahlian dan ketrampilan nilai yang tinggi dengan
melibatkan komitmen pribadi (moral) yang mendalam. Dengan demikian orang
professional adalah orang yang melakukan suatu pekerjaan purna waktu dan hidup
dari pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian dan ketrampilan yang tinggi
serta punya komitmen pribadi yang mendalam atas pekerjaannya itu. Dengan kata
lain, orang professional adalah orang yang melakukan suatu pekerjaan karena
ahli di bidang tersebut dan meluangkan seluruh waktu, tenaga, dan perhatiannya
untuk pekerjaan tersebut.
b)
Ciri-Ciri Profesi
Pertama, adanya keahlian dan ketrampilan
khusus. Profesi selau mengandaikan adanya keahlian dan ketrampilan khusus
tertentu yang dimiliki oleh sekelompok orang yang professional untuk bisa menjalankan
pekerjaannya dengan baik. Keahlian dan ketrampilam khusus ini umumnya dimiliki
dengan kadar, lingkup, dan tingkat yang melebihi keahlian dan ketrampilan orang
kebanyakan lainnya. Ini berarti orang professional itu lebih ahli dan trampil
dalam bidang profesinya dari pada orang-orang lain.
Kedua, adanya komitmen moral yang tinggi.
Komitmen moral ini biasanya dituangkan, khususnya untuk profesi yang
luhur, dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan bagi setiap orang yang
mengemban profesi yang bersangkutan.
Ketiga, biasanya orang yang
professional adalah orang yang hidup dari profesinya. Ini berarti dia
hidup sepenuhnya dari profesi ini dan profesinya telah membentuk identitas
orang tersebut.
Ciri keempat, pengabdian kepada masyarakat.
Adanya komitmen moral yang tertuang dalam kode etik profesi ataupun sumpah
jabatan menyiratkan bahwa orang-orang yang mengemban profesi tertentu,
khususnya profesi luhur, lebih mendahulukan dan dan mengutamkan kepentingan
masyarakat daripada kepentingan pribadinya.
Kelima, pada profesi luhur biasanya ada izin
khusus untuk menjalankan profesi tersebut. Karena setiap profesi,
khususnya profesi luhur, menyangkut kepentingan orang banyak, dan terkait
dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan berupa keselamtan, keamanan, kelangsungan
hidup, kesehatan, dan sebagainya maka untuk menjalankan suatu profesi yang
berkaitan dengan kepentingan orang banyak itu diperlukan izin khusus.
Izin khusus ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari pelaksanaan
profesi yang tidak becus.
3. Menuju Bisnis
sebagai Profesi Luhur
Baru belakangan ini bisnis dianggap sebagai
sebuah profesi. Bahkan belakangan ini, bisnis seakan memonopoli sebutan
profesi, tetapi sekaligus juga menyebabkan pengertian profesi menjadi rancu
atau kehilangan pengertian dasarnya. Ini karena bisnis modern mensyaratkan dan
menuntut para pelaku bisnis untuk menjadi orang yang professional.
Berdasarkan pengertian profesi yang menekankan
pada keahlian dan ketrampilan yang tinggi serta komitmen moral yang
mendalam, maka jelas kiranya bahwa pekerjaan yang kotor tidak akan disebut
sebagai profesi. Karena itu sesungguhnya bisnis bukanlah merupakan profesi,
kalau bisnis dianggap sebagai pekerjaan kotor, kendati kata profesi,
professional, ddan profesionalisme sering begitu diobaral dalam kaitan dengan
kegiatan bisnis. Namun pihak lain tidak dapat disangkal bahwa ada banyak orang
bisnis dan juga perusahaan yang sangat menghayati pekerjaan dan kegiatan
bisnisnya sebagai sebuah profesi dalam pengertiannya sebagaimana kita jelaskan
diatas. Mereka tidak hanya mempunyai keahlian dan ketrampilan yang tinggi tapi
punya komitmen morak yang mendalam. Karena itu, bukan tiddak mungkin bahwa
bisnis pun dapat menjadi sebuah professi dalam pengertiannya yang
sebenar-benarnya bahkan menjadi sebuah profesi luhur.
a)
Pandangan Praktis-Realistis
Dalam pandangan ini ditegaskan secara jelas bahwa
tujuan utama bisnis, bahkan tujuan satu-satunya adalah mencari keuntungan.
Bisnis adalah suatu kegiatan profit-making. Dasar pemikirannya adalahh
bahwa orang yang terjun ke dalam bisnis tidak punya keinginan dan tujuan lain
selain ingin mencari keuntungan . kegiatan bisnis adalah kegiatan ekonomis dan
bukan kegiatan sosial. Karena itu, keuntungan itu sah untuk menunjang kegiatan
bisnis. Tanpa keuntungan bisnis tidak dapat jalan.
b)
Pandangan Ideal
Menurut pandangan ini, bisnis tidak lain adalah
suatu kegiatan diantara manusia yang menyangkut memproduksi, menjual, dan
membeli barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pandangan
ini tidak menolak bahwa keuntungan adalah tujuan utama bisnis. Tanpa keuntungan
bisnis tidak bisa bertahan. Namun keuntungan hanya dilihat sebagai konsekuensi
logis dari kegiatan bisnis. Yaitu, bahwa dengan memenuhi kebutuhan masyarakat
secara baik, keuntungan akan datang dengan sendirinya. Masyarakat akan merasa
terikat membeli barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan yang memenuhi
kebutuhan mereka dengan mutu dan harga yang baik itu.
Bisnis
dan Etika
1.
Mitos Bisnis Amoral
Mitos bisnis amoral mengungkapkan suatu keyakinan
bahwa antara bisnis dan moralitas atau etika tidak ada hubungan sama sekali.
Bisnis tidak punya sangkut paut dengan etika dan moralitas. Keduanya adalah dua
bidang yang terpisah satu sama lain. Etika justru bertenatangan dengan bisnis
yang ketat, maka orang bisnis tiak perlu memperhatikan imbauan-imbauan,
norma-norma dan nilai-nilai moral.
- Bisnis memang sering diibaratkan dengan judi bahkan sudah dianggap sebagai semacam judi atau permainan penuh persaingan yang ketat.
- Tidak sepenuhnya benar bahwa sebagai sebuah permainan (judi).
- Harus dibedakan antara legalitas dan moralitas.
- Etika harus dibedakan dari ilmu empiris.
- Pemberitaan, surat pembaca, dan berbagai aksi protes yang terjadi dimana-mana untuk mengecam berbagai pelanggaran dalam kegiatan bisnis, atau mengecam kegiatan bisnis yang tidak baik, menunjukkan bahwa masih banyak orang dan kelompok masyarakat menghendaki agar bisnis dijalankan secara baik dan tetap mengindahkan norma-norma moral.
2.
Keuntungan dan Etika
Beberapa argument yang dapat diajukan untuk
menunjukkan bahwa justru demi memperoleh keuntungan etika sangat dibutuhkan,
sangat relevan, dan mempunyai tempat yang sangat strategis dalam bisnis dewasa
ini.
- Pelaku bisnis dituntut untuk menjadi orang-orang professional dibidanngnya.
- Pelaku bisnis modern sangat sadar bahwa konsumen adalah benar-benar raja.
- Dalam system pasar terbuka dengan peran pemerintah yang bersifat netral tak berpihak tetapi efektif menjaga agar kepentingan dan hak semua pihak dijamin, para pelaku bisnis berusaha sebisa mungkin untuk menghindari campur tangan pemerintah.
- Perusahaan-perusahaan modern juga semakin menyadari bahwa karyawan bukanlah tenaga yang siap untuk diekploitasi demi mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.
3.
Sasaran dan Lingkup Etika Bisnis
Tiga sasaran dan lingkup pokok etika bisnis:
- Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi dan masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis.
- Untuk menyadarkan masyarakat, khususnya konsumen, buruh atau karyawan, dan masyarakat luas pemilik asset umum semacam lingkungan hidup, akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar atau praktek bisnis siapa pun juga.
- Etika bisnis juga membicarakan mengenai system ekonomi yang sangat menentukan etis tidaknya suatu praktek bisnis.
4.
Prinsip-prinsip Etika Bisnis
Beberapa prinsip umum dalam etika bisnis antara
lain:
a)
Prinsip Otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk
mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa
yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
b)
Prinsip Kejujuran
Prinsip ini merupakan prinsip paling problematic
karena masih banyak pelaku bisnis yang mendasarkan kegiatan bisnisnya pada
tipu-menipu atau tindakan curang.
c)
Prinsip Keadilan
Yaitu menuntut setiap orang diperlakukan secara
sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria yang rasional obyektif
dan dapat dipertanggung jawabkan.
d)
Prinsip Saling Menguntungkan
Yaitu menuntut agar setiap bisnis dijalankan
sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
e)
Prinsip Integritas Moral
Yaitu dihayati sebagai tuntutan internal dalam
diri pelaku bisnis atau perusahaan agar dia menjalankan bisnis dengan tetap
menjaga nama baiknya atau nama baik perusahaan.
5.
Etos Bisnis
Etos bisnis adalah suatu kebiasaan atau budaya
moral menyangkut kegiatan bisnis yang dianut dalam suatu perusahaan dari satu
generasi ke generasi yang lain.
6.
Relativitas Moral dalam Bisnis
Tiga pandangan yang dianut, yaitu:
a)
Norma etis berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain.
b)
Norma sendirilah yang paling benar dan tepat.
c)
Tidak ada norma moral yang perlu diikuti sama sekali.
Etika
Utilitarianisme dalam Bisnis
Utilitarianisme pertama kali dikembangkan oleh
Jeremy Bentham (1748-1832). Persoalan yang dihadapi oleh Bentham dan
orang-orang sezamannya adalah bagaimana menilai baik buruknya suatu
kebijaksanaan sosial politik, ekonomi, dan legal secara moral. Singkatnya,
bagaimana menilai sebuah kebijaksanaan publik, yaitu kebijaksanaan yang punya
dampak bagi kepentingan banyak orang, secara moral.
1.
Criteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme
Criteria pertama adalah manfaat , yaitu
bahwa kebijaksanaan atau tindakan itu mendatangkan manfaat atau kegunaan
tertentu. Jadi, kebijaksanaan atau tindakan yang baik adalah yang menghasilkan
hal yang baik. Sebaliknya, kebijaksanaan atau tindakan yang tidak baik adalah
yang mendatangkan kerugian tertentu.
Criteria kedua adalah manfaat terbesar,
yaitu bahwa kebijaksanaan atau tindakan itu mendatangkan manfaat terbesar (atau
dalam situasi tertentu lebih besar)dibandingkan dengan kebijaksanaan atau
tindakan alternative lainnya.
Criteria ketiga adalah manfaat terbesar bagi
sebanyak mungkin orang, yaitu dengan kata lain suatu kebijaksanaan atau
tindakan yang baik dan tepat dari segi etis menurut etika utilitarianisme
adalah kebijaksanaan atau tindakan yang membawa manfaat terbesar bagi sebanyak
mungkin orang atau sebaliknya membawa akibat merugikan yang sekecil mungkin
bagi sedikit mungkin orang.
Secara padat ketiga prinsip itu dapat dirumuskan
sebagai berikut: Bertindaklah sedemikian rupa sehingga tindakanmu itu
mendatangkan keuntungan sebesar mungkin bagi sebanyak mungkin orang.
2.
Nilai Positif Etika Utilitarianisme
a) Rasionalitas, prinsip
moral yang diajukan oleh etika utilitarianisme ini tidak didasarkan pada
aturan-aturan kaku yang mungkin tidak kita pahami dan yang tidak bias kita
persoalkan keabsahannya.
b) Dalam kaitannya dengan
itu, utilitarianisme sangant menghargai kebebasan setiap pelaku moral. Setiap
orang dibiarkan bebas untuk mengambil keputusan dan bertindak dengan hanya
memberinya ketiga criteria objektif dan rasional tadi.
c) Universalitas,
yaitu berbeda dengan etika teleologi lainnya yang terutama menekankan manfaat
bagi diri sendiri atau kelompok sendiri, utilitarianisme justru mengutamakan
manfaat atau akibat baik dari suatu tindakan bagi banyak orang.
3.
Utilitarianisme sebagai Proses dan sebagai Standar Penilaian
a) Etika utilitarianisme
dipakai sebagai proses untuk mengambil sebuah keputusan, kebijaksanaan, ataupun
untuk bertindak. Dengan kata lain, etika utilitarianisme dipakai sebagai
prosedur untuk mengambil keputusan. Ia menjadi sebuah metode untuk bisa
mengambil keputusan yang tepat tentang tindakan atau kebijaksanaan yang akan
dilakukan.
b) Etika utilitarianisme
juga dipakai sebagai standar penilaian bai tindakan atau kebijaksanaan yang
telah dilakukan. Dalam hal ini, ketiga criteria di atas lalu benar-benar
dipakai sebagai criteria untuk menilai apakah suatu tindakan atau kebijaksanaan
yang telah dilakukan memang baik atau tidak. Yang paling pokok adalah menilai
tindakan atau kebijaksanaan yang telah terjadi berdasarkan akibat atau
konsekuensinya yaitu sejauh mana ia mendatangkan hasil terbaik bagi banyak
orang.
4.
Analisis Keuntungan dan Kerugian
Pertama, keuntungan dan kerugian (cost
and benefits) yang dianalisis jangan semata-mata dipusatkan pada
keuntungan dan kerugian bagi perusahaan, kendati benar bahwa ini sasaran
akhir. Yang juga perlu mendapat perhatian adalah keuntungan dan kerugian bagi
banyak pihak lain yang terkait dan berkepentingan, baik kelompok primer maupun
sekunder. Jadi, dalam analisis ini perlu juga diperhatikan bagaimana daan
sejauh mana suatu kebijaksanaan dan kegiatan bisnis suatu perusahaan
membawa akibat yang menguntungkan dan merugikan bagi kreditor, konsumen,
pemosok, penyalur, karyawan, masyarakat luas, dan seterusnya. Ini berarti etika
utilitarianisme sangat sejalan dengan apa yang telah kita bahas sebagai
pendekatan stakeholder.
Kedua, seringkali terjadi bahwa analisis
keuntungan dan kerugian ditempatkan dalam kerangka uang (satuan yang sangat
mudah dikalkulasi). Yang juga perlu mendapat perhatian serius adalah bahwa
keuntungan dan kerugian disini tidak hanya menyangkut aspek financial,
melainkan juga aspek-aspek moral; hak dan kepentingan konsimen, hak karyawan,
kepuasan konsumen, dsb. Jadi, dalam kerangka klasik etika utilitarianisme,
manfaat harus ditafsirkan secara luas dalam kerangka kesejahteraan,
kebahagiaan, keamanan sebanyak mungkin pihhak terkait yang berkepentingan.
Ketiga¸bagi bisnis yang baik, hal yang
juga mendapat perhatian dalam analisis keuntungan dan kerugian adalah
keuntungan dan kerugian dalam jangka panjang. Ini penting karena bias saja
dalam jangka pendek sebuah kebijaksanaan dan tindakan bisnis tertentu sangat
menguntungkan, tapi ternyata dalam jangka panjang merugikan atau paling kurang
tidak memungkinkan perusahaan itu bertahan lama. Karena itu, benefits
yang menjadi sasaran utama semua perusahaan adalah long term net benefits.
Sehubungan dengan ketiga hal tersebut, langkah
konkret yang perlu dilakukan dalam membuat sebuah kebijaksanaan bisnis adalah
mengumpulkan dan mempertimbangkan alternative kebijaksanaan bisnis
sebanyak-banyaknya. Semua alternative kebijaksanaan dan kegiatan itu terutama
dipertimbangkan dan dinilai dalam kaitan dengan manfaat bagi kelompok-kelompok
terkait yang berkepentingan atau paling kurang, alternatif yang tidak merugikan
kepentingan semua kelompok terkait yang berkepentingan. Kedua, semua
alternative pilihan itu perlu dinilai berdasarkan keuntungan yang akan
dihasilkannya dalam kerangka luas menyangkut aspek-aspek moral. Ketiga, neraca
keuntungan dibandingkan dengan kerugian, dalam aspek itu, perlu dipertimbagkan
dalam kerangka jangka panjang. Kalau ini bias dilakukan, pada akhirnya ada
kemungkinan besar sekali bahwa kebijaksanaan atau kegiatan yang dilakukan suatu
perusahaan tidak hanya menguntungkan secara financial, melainkan juga baik dan
etis.
5.
Jalan Keluar
Tanpa ingin memasuki secara lebih mendalam
persoalan ini, ada baiknya kita secara khusus mencari beberapa jalan
keluar yang mungkin berguna bagi bisnis dalam menggunakan etika utilitarianisme
yang memang punya daya tarik istimewa ini. Yang perlu diakui adalah bahwa tidak
mungkin mungkin kita memuaskan semua pihak secara sama dengan tingkat manfaat
yang sama isi dan bobotnya. Hanya saja, yang pertama-tama harus dipegang
adalah bahwa kepentingan dan hak semua orang harus diperhatikan, dihormati, dan
diperhitungkan secara sama. Namun, karena kenyataan bahwa kita tidak bisa
memuaskan semua pihak secara sama dengan tingkat manfaat yang sama isi dan
bobotnya, dalam situasi tertentu kita memang terpaksa harus memilih di antara
alternative yang tidak sempurna itu. Dalam hal ini, etika utilitarianisme telah
menberi kita criteria paling objektif dan rasional untuk memilih diantara
berbagai alternative yang kita hadapi, kendati mungkin bukan paling sempurna.
Karena itu, dalam situasi di mana kita terpaksa
mengambil kebijaksanaan dan tindakan berdasarkan etika utilitarianisme, yang
mengandung beberapa kesulitan dan kelemahhan tersebut di atas, beberapa hal ini
kiranya perlu diperhatikan.
a) Dalam banyak hal
kita perlu menggunakan perasaan atau intuisi moral kita untuk mempertimbangkan
secara jujur apakah tindakan yang kita ambil itu, yang memenuhi criteria etika
utilitarianisme diatas, memang manusiawi atau tidak.
b) Dalam kasus
konkret di mana kebijaksanaan atau tindakan bisnis tertentu yang dalam jangka
panjang tidak hanya menguntungkan perusahaan tetapi juga banyak pihak terkait,
termasuk secara moral, tetapi ternyata ada pihak tertentu yang terpaksa dikorbankan
atau dirugikan secara tak terelakkan, kiranya pendekatan dan komunikasi pribadi
akan merupakan sebuah langkah yang punya nilai moral tersendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar